Selasa, 05 November 2013

Judge Me by Whats in My Head, Not Whats on My Head


Di umur ke 19, tahun 2008, saat aku memutuskan untuk berhijab lagi, aku baru menyadari bahwa tidak mudah menjadi perempuan berhijab di waktu itu. Stereotype dan generalisasi akan wanita berhijab masih begitu kuat. Contoh beberapa stereotype yang berkembang adalah kuper, ndeso, ekstrimis, tidak sedikit juga yang menganggap perempuan berhijab itu sok suci, tidak fleksibel, tidak bisa di ajak maju, dan sulit mendapatkan pekerjaan. Sehingga bagi wanita yang ingin mengembangkan karirnya diperusahaan besar, memilih untuk melepas hijabnya. Karena tidak ingin dinilai kurang baik sehingga tidak dapat diterima oleh perusahaan, tidak ingin hijab menjadi sebuah penghalang bagi maju dan berkembangnya karir.

Begitu terasa, perempuan berhijab masih sering dilihat sebelah mata. Sehingga, bagi aku wanita berhijab, harus selalu berusaha 2x lebih keras untuk diakui. Berusaha 2x lebih keras untuk diterima oleh lingkungan yang heterogen. Harus berusaha 2x lebih keras untuk dapat dipertimbangkan dibandingkan dengan mereka yang tidak berhijab. 

Saat itu, banyak pandangan yang menilai bahwa perempuan berhijab tidak begitu unggul dalam prestasi, kuper dan tidak fleksibel dikarenakan hijabnya. Itulah kenapa perempuan berhijab sering menjadi pilihan kesekian, selalu menempati kelas kedua.

Sering aku mengutarakan kepada lingkunganku, untuk menilaiku dari isi otakku, bukan dari apa yang aku kenakan dikepalaku. Karena hijab adalah identitasku sebagai seorang muslim, dan juga merupakan kewajibanku dan bukti patuhku akan perintah Allah. Bukan dasar yang relevan untuk menilai berkualitaskah seseorang dalam sebuah bidang atau tidak.

Mereka, yang notabene juga orang Indonesia, seharusnya mulai menyadari bahwa 80% masyarakat Indonesia adalah muslim. Dan sebagian besar adalah perempuan. Dan seharusnya, baik masyarakat luas maupun instansi apapun baik negeri maupun swasta di Indonesia juga harus menyadari hal ini. Menerima seseorang dikarenakan kualitas dirinya sebagai manusia, bukan hanya dari apa yang dikenakan dikepalanya.

Sekarang, tahun 2013, alhamdulillah stereotype negatif tentang muslimah berhijab mulai berkurang. Hal ini juga dikarenakan semakin banyak wanita berhijab yang berjuang untuk berprestasi tanpa harus membuang hijabnya. Malah sebaliknya, tetap mengenakan hijabnya dan bangga jika dapat tetap mempertahankannya sekaligus mengukir prestasi dibidang apapun yang sedang dia tekuni.

Dikarenakan kebangkitan perempuan-perempuan berhijab yang berprestasi saat ini, membuat aku bangga menjadi bagian dari mereka. Mengejar cita-cita, berusaha menjadi manusia yang lebih berguna untuk diri sendiri, keluarga dan sebanyak-banyaknya manusia, namun tetap mempertahankan hijabnya, seberat apapun tantangannya.

Semoga, semakin tahun perkembangan dan prestasi muslimah berhijab di Indonesia semakin berkilau. Agar dapat menjadi contoh dan tauladan bagi muslimah-muslimah sesudahnya, bahwa hijab bukanlah penghalang untuk berprestasi. Fokus pada pengembangan kualitas diri, insyaallah, kita akan membuat nama hijab menjadi lebih positif. Sehingga tidak ada lagi orang yang memandang sebelah mata kualitas muslimah berhijab. Insyaallah :)

mrs.deviyanuari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar